Buscar

W.E.L.C.O.M.E. !n tH!s s!tE

Welcome in my blog!!!
di sini,, kamu bisa baca apapun yang kamu mau..
selamat membaca, ya!
semoga bermanfaat...
Leave Comment, please.... ^^

Antara Mimpi & Impian


Berawal dari mimpi, mungkin akan menjadi suatu kisah nyata. Meskipun tak sesuai dengan yang aku impikan. Cerita kali ini, berawal dari mimpi. Sebagian besar ceritanya adalah mimpiku. Ditambah sedikit bumbu-bumbu agar lebih menarik. Selamat membaca kawans, selamat berimajinasi ria. Maaf jika aada kemiripan nama, karena aku memang menggunakan nama kalian. ^^

***

Banyak kejadian yang menimpa kita, baik secara langsung, atau melalui pertanda lewat mimpi terlebih dahulu. Tinggal bagaimana kita menyikapi secara bijak atau tidak.

“Satu setengah tahun yang lalu, tiba-tiba ayahku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menurutku memang sudah direncanakan oleh seseorang. Aku tidak peduli, siapa orang itu. Aku dan ibuku merasa benar-benar terjatuh karena ayah begitu cepat tiada. Tetapi, kami tetap berusaha untuk tegar. Banyak orang dan kerabat yang merasa kasihan, empati, turut berduka, memasang muka sedih yang bisa jadi, dia justru bahagia melihat kepergian ayahku dan melihat keterpurukan kami. Tak sedikit juga orang yang mencibir. Aku dan ibuku tetap bungkam.”

***

Satu setengah tahun yang lalu…

            Hai. Perkenalkan. Aku fitri, kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi dan sudah semester 6, di salah satu universitas terkenal di Malang, kota yang menurutku iklimnya dingin. Di kota ini, aku bertemu dengan sahabat-sahabatku, my best friend forever lah istilahnya. Namanya? Ada Nai, Laila, Rika, Riana, Via, dan Kiki. Ada satu lagi sebenarnya. Namanya Arsie. Tapi, dia sedang menjauhiku. Entah kenapa. Mungkin sedang badmood atau apalah. Sudah berbulan-bulan dia tidak ikut kita kumpul-kumpul bareng. Ya udah sih. Toh kalau dia masih butuh bantuan, kita tetep bantu. Dan, aku punya kekasih hati selama aku di kota penuh kampus ini. Namanya Jefri. Bukan orang  asli Malang pokoknya. Tapi masih di jawa timur. Bolehlah ya. Tapi, ya gitu, hubunganku masih belum di ketahui oleh kedua ortuku. Biasa. Kan ayah dan ibu cari yang sempurna tanpa cacat.

            Ujian Akhir Semester pun berlalu. Liburan? Belum lah. Masih ada semester pendek yang saat ini berjalan. Lalu terjadi kejadian yang paling buruk dalam hidup. Ayahku meninggal. Aku segera pulang, dan melihat jasad ayahku yang terbujur kaku. Aku tidak bisa berkata sepatah katapun. Hanya bisa menangis sambil meratapi sosok yang sekarang tak berdaya. Sosok yang selama ini belum sempat aku balas budinya. Sosok yang selama ini selalu mengkhawatirkanku dalam keadaan apapun. Sosok yang selama ini selalu membuatku ingat bahwa perjuangannya hanya demi membuatku mencapai ilmu yang nanti akan berguna bagi orang lain. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku ungkapkan tentangnya.

Ayahku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang menurutku memang sudah direncanakan oleh seseorang. Aku tidak peduli, siapa orang itu. Aku dan ibuku merasa benar-benar terjatuh karena ayah begitu cepat tiada. Tetapi, kami tetap berusaha untuk tegar. Banyak orang dan kerabat yang merasa kasihan, empati, turut berduka, memasang muka sedih yang bisa jadi, dia justru bahagia melihat kepergian ayahku dan melihat keterpurukan kami. Tak sedikit juga orang yang mencibir. Aku dan ibuku tetap bungkam.

Sudah lewat seminggu. Ibu bilang bahwa kuliahku tetap harus berjalan. Akhirnya aku tetap ikut semester pendek. Lalu saat pembayaran UKT, tidak ada uang untuk membayar. Aku pun memutuskan untuk tidak kuliah. Aku bercerita ke dosen pembimbingku, dan apa yang beliau katakan? Beliau mau meminjamkan uang untukku kuliah. Paling tidak, kata beliau harus lulus sarjana, meskipun aku tidak bisa melanjutkan ke profesi atau co-ass. Aku hanya bisa menangis di pelukannya dan bercerita ke ibuku. Ibu pun mengucap syukur yang tiada henti sambil menangis.

Hingga akhirnya akupun lulus menjadi sarjana. Dosbingku mengatakan bahwa akan membiayai profesiku juga. Tapi, aku bilang sudah cukup. Karena hanya merepotkan saja. Aku mengatakan bahwa akan meneruskan usaha ayahku yang di bidang pertanian itu. Daripada menganggur dan tidak berjalan. Aku juga bilang bahwa akan mengembalikan uang dosbingku itu ketika aku sudah cukup mapan.

Aku pun tidak berdiam diri. Kembali pulang ke rumah, dan mulai membangun usaha ayahku yang sudah di mulai dari nol itu. Aku segera menghubungi orang-orang yang papaku percaya dulu, untuk membantuku dalam menjalankan usaha ini. Dan mereka pun setuju membantu. Aku juga menghubungi teman-teman ayahku, meminta bantuan untuk mengajariku tentang bidang yang digemari papaku ini. Aku juga mengikuti kursus tentang manajemen. Semua aku lakukan. Aku juga mulai mengikuti tender-tender di berbagai perusahaan. Dan mulai menampakkan hasil dengan cara aku memenangkannya. Dan ibu hanya bisa memberi dukungan. Ibuku juga tetap bekerja menjadi PNS. Di saat-saat seperti ini, aku mengenalkan kekasihku pada ibu.

“Ibu, perkenalkan. Ini orang yang dari dulu ingin aku kenalkan pada ayah dan ibu, tapi masih belum ada kesempatan. Dan sekarang adalah waktu yang tepat menurutku.”

“Siapa dia?”

“Dia ini adalah orang yang bisa membuatku bahagia, Bu. Orang yang dari aku kuliah, ayah meninggal, aku sedih susah senang, selalu ada disampingku. Menguatkanku. Memotivasiku. Dan aku ingin dia menjadi imamku nantinya.”

Ibu pun berkenalan dengannya. Mulai tanya dari hal yang kecil sampai besar. Bertanya apa rencananya ke depan. Bertanya bagaimana aku dan dia bertemu. Bertanya bagaimana hubunganku dengannya ke depan. Setelah ibu selesai menanyakan apapun yang memang harus ditanyakan. Ibu mengatakan..

“Iya, Nak. Kamu boleh berhubungan dengan lelaki ini. Semoga benar dan sesuai dengan doamu. Semoga memang dia ini adalah jodohmu. Ibu tidak mau neko-neko. Sudah cukup yang seperti ini. Asal kamu bisa bahagia dan bertanggungjawab atas apa yang menjadi pilihanmu.”

Aku langsung memeluk ibu. Memeluk se-erat-eratnya. Dan aku pun memeluk Jefri. Orang yang akan menjadi imamku. Diapun memelukku dengan erat. Dan mengucap syukur di dekat telingaku. Syukur tiada tara.

***