Buscar

W.E.L.C.O.M.E. !n tH!s s!tE

Welcome in my blog!!!
di sini,, kamu bisa baca apapun yang kamu mau..
selamat membaca, ya!
semoga bermanfaat...
Leave Comment, please.... ^^

Perpisahanku dan Dia

Pagi ini begitu hangat. Angin yang menyejukkan hati berhembus. Kicauan burung menyanyikan sebuah lagu yang tak kukenal, tapi enak di dengar. Aku  terbangun dari sebuah mimpi yang menyenangkan. Harum aroma kopi yang menggoda, membuatku segera meloncat turun dari kasurku. Semua telah disiapkan oleh mamaku tercinta. I love you, mom.
“Ana, sholat dulu. Ini sudah jam 05.00”
“Iya ma. Santai. Ini mau wudlu.”
Segera ku berwudlu, lalu sholat. Setelah itu, seperti biasa, mengeluarkan motor yang akan kugunakan ke sekolah, memberi makan ayam peliharaanku, membuka pintu pagar, mematikan lampu teras, menyiapkan pelajaran, dan mandi. Ya, ini adalah rutinitas setiap pagi yang tak terlewatkan sedikitpun.
“Ana, sebelum berangkat sarapan dulu. Hari ini ada les? Kalau ada, jangan lupa bawa bekal.”
“Iya. Hari ini ada les. Tapi, aku gak bawa bekal ya, ma. Lagipula, aku sudah bawa roti. Ana berangkat ya!”
“Lho? Sarapan dulu!”
“Gak perlu, ma. Sudah siang.”
Memang, menurutku, ‘siang’ saat berangkat ke sekolah itu jam 06.15. Terlalu pagi ya? Tidak juga kok. Matahari sudah terbit. :D
***
Hari ini, jam-jam pelajaran di kelasku banyak yang kosong. Dan biasanya, teman-temanku ke kantin, ngegosip, internetan, dan beberapa membaca buku. Aku juga seperti itu. Tapi, lebih banyak internetan. Dan saat aku buka facebook, ada yang kirim pesan ke aku. Namanya, Bagas. Biasa, mau kenalan. Ya, aku kenalan sama dia. Dia tanya nama, dan nomor handphone aku. Mulanya, aku gak mau beritahu dy. Lama-lama, kasihan juga. Jadi, aku beritahu deh. Hehe…
***
Dia mulai sms aq, hampir setiap hari. Dia mulai ingin bertemu denganku. Dan dengan berbagai alasan dariku, kita pun tidak pernah bertemu. Tapi, kita terus smsan. Sampai pada akhirnya, aku mulai menantikan sms dari dia, selalu lihat status terbarunya, curhat tentang dia ke temanku sebangku hampir setiap hari, dan masih banyak lagi.
Dan kejadian itu terjadi. Waktu itu, dia bilang suka sama aku (lewat sms). Aku langsung aja jawab, bahwa aku sedang mencari cara untuk tidak menyukainya, aku harus cari orang yang sepadan denganku, dan orang itu bukan dia. Dia benar-benar kecewa dan tersinggung atas pernyataanku. Jujur, aku merasa bersalah. Berhari-hari dia tdk sms. Aku juga tdk berani sms dia.
Setelah beberapa hari, dia sms aku. Isi smsnya pertanyaan-pertanyaan yang harus aku jawab tentang dia. Begitu aku jawab, dia hanya membalas smsku dengan ucapan terima kasih. Beberapa kali dia sms seperti itu kepadaku. Dan akhirnya, hubungan pertemanan kita mulai membaik. Dia mulai sms aku lagi. tapi, dia sedikit berubah. Dia mulai mengatakan perasaan-perasaannya kepadaku.
Suatu hari, dia curhat kepadaku.
“Galau.”
“Kenapa? Gara-gara orang yang kamu suka ya?” tanyaku.
“Sepertinya iya. Semoga orang yang aku suka sadar.”
“Amien…”
“Apa dia benar-benar suka sama aku? Dia pernah bilang gak suka kenal sama orang dari jejaring sosial.”
“Mungkin aja dia berubah.”
“Kalau dia suka sama cowok lain gimana?”
“Ya, nasibmu.”
“Kalau dia suka sama aku, harusnya kan dia bisa menutup hatinya untuk cowok lain.”
“Iya, sih.”
“Kamu tau gak, dia lagi galau karena aku dan orang lain. Berarti kan dia belum suka sama aku. Iya kan?”
“Kayaknya iya, mungkin dia masih banyak pertimbangan. Ikuti kata hatimu.”
“Ya. Aku ingin dia bahagia, meskipun tidak denganku. Makasih sudah jadi teman curhatku malam ini.”
“Iya, sama-sama.”
Setelah selesai sms-an, aku curiga. Sepertinya Bagas sedang curhat tentang aku. Dan ternyata memang benar. Aku bertanya padanya, dan dia menjawab, curhat itu memang tentang aku. Aku benar-benar bisa menduganya.
***
Semakin hari, semakin cinta. Semakin hari, semakin rindu. Semakin aku merasakan cintaku yang tumbuh untukmu.
Bagas mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang aku sendiri tak bisa menjawabnya.
“Aku boleh tahu? Kamu ada rasa sayang dan cinta sama aku, atau kamu sudah menaruh hati untuk cowok lain?”
“Aku gak tahu. Tapi, kamu tahu, kamu berhasil membuat aku penasaran tentang kamu. Kamu berhasil membuatku galau. Dan kamu juga berhasil membuatku slalu berpikir tentangmu. Makasih banget…”
“Kalau kamu ada rasa sama aku, aku akan jaga hatiku dari cewek lain hanya buat kamu. Tapi, kalau sebaliknya, aku juga gak tahu lagi.”
Itu beberapa sms dari Bagas. Dia membuat beberapa status untukku. Dan semakin hari, aku semakin menyukainya.
Aku pernah bertanya pada Bagas, menurutnya, cinta itu seperti apa. Dia jawab, cinta itu murni dan tulus dari hati. Tidak pernah memandang status, jabatan dan usia seseorang. Cinta juga butuh materi yang harus dicukupi. Dan cinta juga bisa membuat kita bahagia serta menangis karenanya.
Bagas juga pernah bilang, apa aku siap untuk pacaran jarak jauh, jarang ketemu juga. Tapi, aku bilang itu tidak masalah. Justru dengan LDR, kita bisa tahu, pasangan kita setia atau tidak.
***
Suatu hari, Bagas bertanya padaku,
“ Kamu suka aku apa tidak?”
“Suka.”
“Sukanya cuma sekedar ‘suka’ atau cinta dan sayang? Jujur ya, dari hati kecil kamu.”
“Gak tahu. Aku masih bingung. Maaf ya. Aku belum bisa beri kepastian buat kamu.”
“Iya, kamu berhak kok, untuk menentukan yang terbaik buat kamu, dan kamu boleh memilih cowok lain yang lebih kelihatan ‘wah’ daripada aku.”
***
Waktu itu, aku update status, ‘Maaf, aq masih belum bisa meyakinkan diriku sendiri. Masih banyak yang harus dipertimbangkan. Kalau memang qm merasa bahwa aq tak pernah bisa serius dengan ini, qm berhak untuk menjauh dariq, sblm rasa itu jatuh semakin dalam. . .’
Bagas tahu tentang statusku itu, dan dia segera sms aku.
“Aku yang minta maaf ke kamu. Semestinya, aku gak naruh hati sama kamu. Aku yang salah. Kamu berhak memutuskan semuanya. Jadi, kamu gak perlu minta maaf. Mestinya, aku sadar. Aku ini siapa.”
“Aku memang perlu minta maaf ke kamu. Maaf, maaf banget. Kamu bisa dapat cewek yang lebih baik dari aku. Aku gak bisa beri jawaban buat kamu. Entah ke depannya gimana…”
“Ya, aku mengerti. Dan kamu pun lebih baik cari cowok yang sepadan seperti yang kamu harapkan. Aku minta maaf kalau kata kamu, aku membuatmu galau dan berpikir tentangku. Mulai sekarang kamu gak perlu galau atau berpikir tentang aku lagi. Anggap saja aku gak penting buat hidupmu.”
“Ya. Akan kucoba.”
“Ya harus itu. Ya sudah. Aku rasa, semuanya cukup jelas. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Aku menangis. Aku tak tahu harus berbuat apa. Mungkin, itu adalah salam terakhirku untuknya. Dan aku mungkin juga tak akan pernah bertemu dengannya. Aku sadar. Aku telah menolaknya. Dengan berbagai pertimbangan yang menurutku pantas untuk dijadikan alasan.
Apa aku membuat keputusan yang salah karena telah menolaknya? Kenapa setelah aku menolaknya, justru aku semakin sedih? Dan untuk apa aku menangis sampai dadaku sesak? Apa aku menyesali perbuatanku ini?
Aku benar-benar pengecut. Aku juga mencintainya. Kenapa aku tidak mengatakan bahwa aku benar-benar mencintainya? Apa lagi yang aku pikirkan? Aku benar-benar bodoh.
Aku hanya bisa berkata maaf, untukmu. Maafkan aku.
***
Jujur, ini adalah pertama kalinya aku merasakan rasa yang begitu luar biasa. rasa yang bisa membuatku tersenyum setiap hari, membuatku cemburu, membuatku galau, dan membuatku menangis. Dan rasa ini kurasakan saat aku bersamanya. Rasa ini tak akan hilang oleh waktu. Aku tak tahu, apa dia juga merasakan perasaan yang sama, atau justru sebaliknya.
Mungkin, suatu saat nanti kita akan bertemu, dengan membawa pasangan masing-masing. Membawa sebuah kesuksessan di genggaman kita. Membawa sebuah angan. Menyungging seulas senyum. Dan meninggalkan kenangan kita berdua yang telah terkubur di hati yang paling dalam. Bersamaan dengan itu, kita membuka lembar baru yang akan kita coret penuh warna, tanpa ada nama kita di dalamnya…

The real story for you... from : Ayu Fitria Adiningdyah